Sabtu, Desember 6

Selalu Dalam Pengawasan-Nya

Selalu Dalam Pengawasan-Nya


Kala hati berdzikir kepada-Nya
Atau hati berniat tuk maksiat,
Kala diri berzina, mengingkari-Nya
Atau diri bergegas tuk bertaubat
Pandang-Nya meliputi seluruhnya, semuanya

Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al Hadiid: 4)

Bicara mengenai kepengawasan, maka puasa Ramadhan-lah yang sepertinya lebih tepat untuk dijadikan contoh. Sebab, siapakah yang mengetahui bahwa seseorang itu berpuasa selain Allah dan orang itu sendiri?
Mungkin saja seseorang di siang hari (di bulan Ramadhan -pen) nampak lesu, lemah dan tak berdaya; yakni mempunyai tanda-tanda lahiriah bahwa dia adalah sesorang yang sedang berpuasa. Namun tentu saja hal itu tidaklah merupakan jaminan bahwa dia benar-benar berpuasa. Sebab, mungkin saja dia melakukan sesuatu yang membatalkan puasa ketika sedang sendirian. Misalnya saja dengan meneguk segelas air.
Sebaliknya, dapat terjadi pula seseorang yang nampak sehat dan tetap bersemangat, biarpun hari telah sampai di pertengahan. Tetapi justru dialah yang sedang berpuasa, dan tetap teguh mempertahankan diri dari godaan yang membuat puasanya batal.
Siapa yang tahu, selain Allah dan dirinya sendiri??

Saudaraku..
Sikap yang diperagakan oleh orang yang berpuasa sejati mengambarkan betapa kuatnya semangat dalam pengawasan Allah. Dan sikap seperti itu mengandung beberapa rahasia, di antaranya yaitu:

Pertama, orang yang merasa selalu diawasi Allah, dia akan senantiasa merasa terjaga dari perbuatan maksiat.
Bagaimana dia akan mencontek, jika niat untuk mencontek saja Allah sudah tahu?
Bagaimana dia bisa ber-ZINA dihadapan Dzat Yang Maha Melihat??

Kedua, orang yang merasa selalu dalam pengawasan Allah akan memiliki rasa pengharapan yang tinggi (optimisme).
Bagaimana tidak optimis, jika “Kemana saja kamu menghadap, maka di sanalah wajah Allah” (Al Baqarah:115).
Di mana saja dia berada, Allah selalu memperhatikannya, dan pasti akan menolongnya??

Ketiga, orang yang merasa selalu dalam pengawasan Allah, akan menemukan rahasia keikhlasan. Bukankah keikhlasan dibangun dengan membangun “jembatan” langsung antara hamba dengan Tuhan? Orang yang ikhlas tidak membutuhkan pamrih manusia dan akan selalu melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam keyakinannya, pengawasan oleh Allah jauh sangat berharga dibanding penglihatan manusia. Jadi, dalam pikirannya..
mengapa berbuat harus diperlihatkan kepada manusia, jika Yang Maha Teliti sendiri secara langsung akan selalu melihatnya??

Dalam suatu hadits, Rasulullah pernah ditanyai Jibril tentang ihsan, maka jawaban Rasulullah adalah: “… Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat kepada-Nya, sekalipun engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau …” (HR Muslim).

Wallahu ‘alam

Tidak ada komentar: