Sabtu, Desember 6

Cuplis

Sesaat di Dunia

Rasulullah bersabda, “Apa urusanku dengan dunia dan apa urusan dunia denganku! Demi Dzat yang jiwaku ada dalam kekuasaan-Nya, tidaklah perumpamaanku dengan dunia kecuali bagaikan seorang yang bepergian pada suatu hari yang terik, lalu berhenti sebentar pada siang hari bernaung di bawah pohon, kemudian beristirahat sejenak dan pergi meninggalkannya”.

Penjelasan Hadist
Allah telah menciptakan manusia dan menjadikkannya sebagai khalifah di muka bumi ini, supaya mereka meramaikan dan memanfaatkan semua yang ada sesuai dengan ketentuan Allah. Dia juga telah mengutus dan mengirim nabi-nabi yang membawa kabar gembira dan berita ancaman (kaitannya dengan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi, red.).
Allah juga telah menciptakan bagi manusia segala apa yang membantu mereka dalam menunaikan peranan dan kewajibannya, seperti: matahari, bukan, bintang-bintang, gunung, dan pepohonan. Dia juga telah menentukan ajal bagi manusia supaya manusia dapat merealisasikan – dalam hidupnya – apa yang diminta Allah. Kemudian Allah menjadikan bagi manusia masa lain selain masa sekarang yang pada masa itu mereka mendapat balasan amal perbuatan nya baik berupa pahala maupun siksa, surga ataupun neraka.
Mereka berakal supaya benar-benar waspada terhadap dunia, melemparkannya ke belakang punggung, dan mencari kehidupan akhirat yang merupakan darul qarar. Kalau ingin mengambil bagiannya di dunia, hendaknya mengambil sesuai dengan ukuran yang telah diridhai oleh Allah, dan sekali-kali janganlah manusia itu merasa tenteram dan condong hanya kepada dunia dan meninggalkan akhirat.
Rasulullah telah menerangkan hakikat umur dunia dibandingkan akhirat agar benar-benar tertanam dalam jiwa, bahwa dunia itu hanyalah beberapa saat saja dari siang hari. Beliau mengungkapkan hadist ini dengan jalan permisalan. Beliau mengatakan di bawah pohon adalh menunjukkan masa yang sngat singkat – tidak lebih dari satu jam – untuk melegakan nafas, dan harus kembali meneruskan perjalanan. Perkataan beliau kemudian beristirahat dan meninggalkan pohon adalh perjalanan yang baru di mulai padahal tujuan masih sangat jauh.
Sekilas, memang hadist ini seakan-akan mewajibkan untuk meninggalkan dunia dan berpaling darinya secara total. Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa seorang muslim boleh memperoleh dunia menurut kehendknya, dengan dua syarat:
1. Ia memperolehnya dengan jalan masyru’ (tersyari’atkan dalam islam dan diridhai Allah).
2. Hendaknya dunia ini hanya sekedar di tangannya (hatinya tidak terpaut dengan dunia); dunia dicari dan dimiliki dalam rangka mencari dan mengharap ridha Allah, sehingga waktunya tidak habis hanya untuk dunia semata.

Para salafushalih hendaknya diteladani. Dunia bagi mereka hanya sekedar di tangan. Ketika mereka dipanggil untuk berkorban dan berjihad , mereka pun belomba-lomba mengeluarkan hartanya, dan tidak bakhil. Contohnya: Abu Bakar Ash-Siddiq ; beliau memberikan semua hartanya. Ketika ditanya,”Apa yang Engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab,”Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya”.

Banyak nash yang berbicara tentang dunia diantaranya:
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang di terbangkan oleh angina. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”(Al-Kahfi:45).
“Dijadikan indah pada (padangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”(Ali Imran:14).


Faidah Hadist
1. Waspada adanya sifat cenderung dan merasa tenteram dengan dunia, sehingga lalai akan pertemuannya dengan Allah dan hari akhirat, sebab dunia ini bukan tempat abadi. Allah berfirman,
“…Katakanlah: ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”(An-Nisaa:77)
2. Bersabar menghadapi kesulitan dan penderitaan hidup sampai kita berjumpa dengan Allah . Sungguh Rsulullah telah mengisyaratkan faidah yang besar dalam dakwah dan pendidikan, ketika memisalkan dirinya sebagai seorang musafir yang mengembara pada waktu panas terik. Manakala ia benar-benar sudah letih, maka ia turun dan beristirahat sebentar, kemudian melanjutkan perjalanan lagi sambil membawa beban berat perjalanan agar ia dapat kembali pulang ke rumah kediamannya. Demikian juga seorang muslim yang hidup di dunia ini, tentu akan mememui kesulitan dan kesusahan, bahkan tidak jarang fitnah dan ujian dating silih berganti. Dan kewajibannya adalah bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah . setiap kali rasa lelah dating, ia beristirahat sejenak dan kemudian melanjutkan perjalananya yang masih panjang hingga menemui Rabbnya sebagai seorang mukmin yang sabar menanggung ujian.
3. memfokuskan perumpamaan-perumpamaan dalam berdakwah dan mendidik, sebab hal ini bisa menghindarkan rasa bosan manusia dan juga menjelaskan mekna secara rasional sesuai wawasan seseorang, sehinggga bisa menghujam dalam jiwa dan tidak akan terlipakan selamanya.
Allah berfirman,
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang yang berilmu”(Al-Ankabut:43).

Demikianlah, manusia hidup di dunia hanya sesaat. Akan tetapi yang sesaat itu sngat menentukan bagi masa yang panjang yang tiada berujung (akhirat). Maka sebijak-bijak manusia adalah yang bisa memanfaatkan masa yang pendek itu untuk menanam kabajikan yang banyak sebagai bekal perjalananny ke akhirat. Mari berlomba-lomba! Wallahul musta’an. (ummu asma’)

Tidak ada komentar: