Rabu, November 26

MANTAN PENDETA ROMA MENJADI PEMBELA SUNNAH

Oleh : Syaikh Amjad bin Imron Salhub
Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan atas Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya, serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya dan menjadikan ajarannya sebagai petunjuk sampai Hari Kiamat.
Sejarah Islam, baik yang dulu maupun sekarang senantiasa menceritakan kepada kita, contoh-contoh indah dari orang-orang yang mendapatkan petunjuk, mereka memiliki semangat yang begitu tinggi dalam mencari agama yang benar. Untuk itulah, mereka mencurahkan segenap jiwa dan mengorbankan milik mereka yang berharga, sehingga mereka dijadikan permisalan, dan sebagai bukti bagi Allah atas makhluk-Nya.
Sesungguhnya siapa saja yang bersegera mencari kebenaran, berlandaskan keikhlasan karena Allah Ta’aala, pasti Dia ‘Azza Wa Jalla akan menunjukinya kepada kebenaran tersebut, dan akan dianugerahkan kepadanya nikmat terbesar di alam nyata ini, yaitu kenikmatan Islam. Semoga Allah merahmati syaikh kami al-Albani yang sering mengulang-ngulangi perkataan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى نِعْمَةِ اْلإِسْلاَمِ وَالسُنَّةِ
Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam dan as-Sunnah
Diantara kalimat mutiara ulama salaf adalah:
إِنَّ مِنْ نِعْمَةِ اللهِ عَلَى اْلأَعْجَمِيِّ وَ الشَابِ إِذَا نَسَكَ أَنْ يُوَافِيَ صَاحِبَ سُنَّةٍ فَيَحْمِلَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya di antara nikmat Allah atas orang ‘ajam (asing / non Arab) dan pemuda adalah ketika dia beribadah bertemu dengan pengibar sunnah, kemudian dia membimbingnya kepada sunnah Rasulullah.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya
Inilah kalimat tauhid, kalimat yang baik, kunci surga. Kalimat inilah stasiun pertama dari jalan panjang yang penuh dengan onak dan duri, kalimat taqwa bukanlah kalimat yang mudah bagi seorang insan yang ingin menggerakkan lisannya untuk mengucapkannya, demikian juga ketika dia ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam. Karena, ketika seorang insan ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam, maka dia harus mengetahui terlebih dahulu, bahwa kalimat itu keluar dengan seizin Allah Ta’aala.
Demikianlah yang dialami oleh Ibrahim (dulu bernama Danial) -semoga Allah memeliharanya, meluruskannya di atas jalan keistiqomahan, serta menutup lembaran hidupnya diatas Islam-.
Inilah dia yang akan menceritakan kepada kita, bagaimana dia meninggalkan agama kaumnya (Nashrani) menuju Islam, dan bagaimana dia telah mengorbankan kekayaan ayahnya serta kemewahan hidupnya, di suatu jalan (hakekat terbesar), demi mencari kebebasan akal dan jiwa.
Ibrahim (dulu bernama Danial) -semoga Allah memeliharanya, dan mengokohkannya di atas jalan keistiqomahan- menceritakan:
Saya adalah seorang lelaki dari keluarga Roma, seorang anak dari keluarga kaya, semasa kecil, saya hidup dengan kemewahan dan kemakmuran. Demikianlah, kulalui masa kecilku. Ketika masa remaja pun, saya banyak menghabiskan waktu dengan kemewahan bersama teman-temanku, ketika itu saya memiliki sebuah mobil mewah dan uang, sehingga saya bisa memiliki segala sesuatu dan tidak pernah kekurangan.
Akan tetapi sejak kecil, saya senantiasa merasa bahwa dalam kehidupan ini ada yang kurang, dan saya yakin bahwa ada sesuatu yang salah di dalam hidupku, serta suatu kekosongan yang harus kupenuhi, karena semua sarana kehidupan ini bukanlah tujuanku. Saya mulai tertarik dengan agama, dan mulailah kubaca Injil, pergi ke gereja, serta kusibukkan diriku dengan membaca buku-buku agama Kristen. Dari buku-buku yang kubaca tersebut, mulai kudapatkan sebagian jawaban atas berbagai pertanyaanku, akan tetapi tetap saja belum sempurna.
Dahulu, saya bangun pagi setiap hari dan pergi ke pantai, saya merenungi laut sambil membaca buku-buku dan beribadah. Setelah dua bulan dari permulaan hidupku ini, saya merasa mantap bahwa saya tidak mampu terus menerus menjalani hidupku seperti biasanya setelah beragama. Ketika itu, saya mendatangi ayahku dan kukabarkan kepadanya bahwa saya tidak bisa melanjutkan bekerja dengannya. Saya juga pergi mendatangi ibu dan saudari-saudariku dan kukabarkan kepada mereka bahwa saya telah mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka.
Kemudian kusiapkan tasku, lalu naik kereta tanpa kuketahui ke mana saya hendak pergi, hingga saya tiba di kota Polon, kemudian saya masuk ke ad-dir (Istilah untuk gereja yang terpencil di pedalaman. – pent.) di sana, lalu naik gunung yang tinggi. Saya menetap di gunung selama kira-kira sebulan, saya tidak berbicara dengan siapapun, saya hanya membaca dan beribadah.
Sekitar tiga tahun, saya senantiasa berpindah-pindah dari satu ad-dir ke ad-dir yang lain. Saya membaca dan beribadah, berbeda dengan para pendeta yang mereka tidak bisa meninggalkan ad-dir mereka, karena saya tidak pernah memberikan janji untuk menjadi seorang pendeta di suatu ad-dir tertentu, dan janji tersebut akan menghalangiku untuk keluar masuk darinya.
Setelah itu, saya memutuskan untuk berkeliling ke pelbagai negeri, maka saya memulai perjalanan panjangku dari Italia melalui Slovania, Hungaria, Nimsa, Romania, Bulgaria, Turki, Iran, Pakistan, dari sana menuju India. Semua perjalanan ini saya tempuh melalui jalur darat. Saya mendengar suara adzan di Turki, dan saya sudah pernah mendengarnya di Kairo (Mesir) pada perjalananku sebelumnya, akan tetapi kali ini sangat berkesan, sehingga saya mencintainya.
Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dengan seorang muslim Syi’ah di perbatasan Iran dan Pakistan. Dia dan temannya menjamuku dan mulai menjelaskan kepadaku tentang Islam versi Syi’ah. Keduanya menyebutkan Imam Duabelas dan mereka tidak menjelaskan kepadaku tentang Islam dengan sebenarnya, bahkan mereka menfokuskan pada ajaran Syi’ah dan Imam Ali, serta tentang penantian mereka terhadap seorang Imam yang ikhlas, yang akan datang untuk membebaskan manusia.
Semua diskusi tesebut sama sekali tidak menarik perhatianku, dan saya belum mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaanku dalam rangka mencari hakekat kebenaran. Orang Syi’ah itu menawarkan kepadaku untuk mempelajari Islam di kota Qum, Iran, selama tiga bulan tanpa dipungut biaya, akan tetapi saya memilih untuk melanjutkan perjalananku dan kutinggalkan mereka.
Kemudian saya menuju India, dan ketika saya turun dari kereta, pertama yang kulihat adalah manusia yang membawa kendi-kendi di pagi hari sekali dengan berlari-lari kecil menuju ke dalam kota, maka kuikuti mereka dan saya melihat mereka berthowaf mengelilingi sapi betina yang terbuat dari emas, ketika itu saya sadar bahwa India bukanlah tempat yang kucari.
Setelah itu, saya kembali ke Italia dan dirawat di rumah sakit selama sebulan penuh. Hampir saja saya meninggal dikarenakan penyakit yang saya derita ketika di India, akan tetapi Allah telah menyelamatkanku. Alhamdulillah.
Saya keluar dari rumah sakit menuju rumah, dan mulailah saya berpikir tentang langkah-langkah yang akan saya ambil setelah perjalanan panjang ini, maka saya memutuskan untuk terus dalam jalanku mencari hakekat kebenaran. Saya kembali ke ad-dir dan mulailah kujalani kehidupan seorang pendeta di sebuah ad-dir di Roma. Pada waktu itu, saya telah diminta oleh para pembesar pendeta di sana untuk memberikan kalimat dan janji. Pada malam itu, saya berpikir panjang, dan keesokan harinya saya memutuskan untuk tidak memberikan janji kepada mereka, lalu kutinggalkan ad-dir tersebut.
Saya merasa ada sesuatu yang mendorongku untuk keluar dari ad-dir, setelah itu saya menuju al-Quds karena saya beriman akan kesuciannya. Maka mulailah saya berpergian menuju al-Quds melalui jalur darat melewati berbagai negeri, sampai akhirnya saya tiba di Siria, Lebanon, Oman, dan al-Quds. Saya tinggal di sana seminggu, kemudian saya kembali ke Italia, maka bertambahlah pertanyaan-pertanyaanku, saya kembali ke rumah lalu kubuka Injil.
Pada kesempatan ini, saya merasa berkewajiban untuk membaca Injil dari permulaannya, maka saya memulai dari Taurat, menelusuri kisah-kisah para nabi Bani Israil. Pada tahap ini, mulai nampak jelas di dalam diriku makna-makna kerasulan hakiki yang Allah mengutus kepadanya, mulailah saya merasakannya, sehingga muncullah berbagai pertanyaan yang belum saya dapatkan jawabannya, saya berusaha menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut dari perpustakaanku yang penuh dengan buku-buku tentang Injil dan Taurat.
Pada saat itu, saya teringat suara adzan yang pernah kudengar ketika berkeliling ke berbagai negeri serta pengetahuanku bahwa kaum muslimin beriman terhadap Tuhan yang satu, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Dan inilah yang dulu saya yakini, maka saya berkomitmen: Saya harus berkenalan dengan Islam, kemudian mulailah kukumpulkan buku-buku tentang Islam, di antara yang saya miliki adalah terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Italia, yang pernah saya beli ketika berkeliling ke berbagai negeri.
Setelah kutelaah buku-buku tersebut, saya berkesimpulan bahwa Islam tidak seperti yang dipahami oleh mayoritas orang-orang barat, yaitu sebagai agama pembunuh, perampok, dan teroris akan tetapi yang saya dapati adalah Islam itu agama kasih sayang dan petunjuk, serta sangat dekat dengan makna hakiki dari Taurat dan Injil.
Kemudian saya putuskan untuk kembali ke al-Quds, karena saya yakin bahwa al-Quds adalah tempat turunnya kerasulan terdahulu, akan tetapi kali ini saya menaiki pesawat terbang dari Italia menuju al-Quds. Saya turun di tempat turunnya para pendeta dan peziarah di bawah panduan hause bus Armenia di daerah negeri kuno. Di dalam tasku, saya tidak membawa sesuatu kecuali sedikit pakaian, terjemahan al-Qur’an, Injil dan Taurat. Kemudian saya mulai membaca lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi, saya membandingkan kandungan al-Qur’an dengan isi Taurat dan Injil, sehingga saya berkesimpulan bahwa kandungan al-Qur’an sangat dekat dengan ajaran Musa dan Isa ‘alaihimassalaam yang asli.
Selanjutnya, saya mulai berdialog dengan kaum muslimin untuk menanyakan kepada mereka tentang Islam, sampai akhirnya saya bertemu dengan sahabatku yang mulia Wasiim Hujair, kami berbincang-bincang tentang Islam. Saya juga banyak bertemu dengan teman-teman, mereka menjelaskan kepada saya tentang Islam. Setelah itu, saudara Wasiim mengatakan kepadaku bahwa dia akan mengadakan suatu pertemuan antara saya dengan salah seorang dari teman-temannya para da’i.
Pertemuan itu berlangsung dengan saudara yang mulia, Amjad Salhub, kemudian terjadilah perbincangan yang bagus tentang agama Islam. Di antara perkara yang paling mempengaruhiku adalah kisah sabahat yang mulia, Salman al-Farisi, karena di dalamnya ada kemiripan dengan ceritaku tentang pencarian hakekat kebenaran.
Kami berkumpul lagi dalam pertemuan yang lain dengan saudara Amjad beserta teman-temannya, di antaranya fadhilatusy Syaikh Hisyam al-‘Arif –hafizhahullah-, maka berlangsunglah dialog tentang Islam dan keagungannya, kebetulan ketika itu saya memiliki beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Syaikh.
Setelah itu, saya terus menerus berkomunikasi dengan saudara Amjad yang dengan sabar menjelaskan jawaban atas mayoritas pertanyaan-pertanyaanku. Pada saat seperti itu di depan saya ada dua pilihan, antara saya mengikuti kebenaran atau menolaknya, dan saya sama sekali tidak sanggup menolak kebenaran tersebut setelah saya meyakini bahwa Islam adalah jalan yang benar.
Pada saat itu juga, saya merasakan bahwa waktu untuk mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat telah tiba. Ternyata tiba-tiba saudara Amjad mendatangiku bertepatan dengan waktu dikumandangkannya adzan untuk shalat zhuhur. Waktu itu benar-benar telah tiba, sehingga tiada pilihan bagiku kecuali saya mengucapkan:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya
Maka serta merta saudara Amjad memelukku dengan pelukan yang ramah, seraya memberikan ucapan selamat atas keIslamanku, kemudian kami sujud syukur sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah atas anugerah nikmat ini. Kemudian saya diminta mandi. Sebagaimana hadits Qoish bin ‘Ashim, ketika beliau masuk Islam, Rasulullah memerintahkannya untuk mandi dengan air yang dicampur bidara. (HR. An-Nasai, at-Turmudzi dan Abu Dawud. Dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Irwaa’ (128)) Dan berangkat ke al-Masjid al-Aqsho untuk menunaikan shalat Zhuhur.
Di tempat tersebut setelah shalat, saya menemui jamaah shalat dengan syahadat, yaitu persaksian kebenaran dan tauhid yang telah Allah anugerahkan kepadaku. Setelah saya mengetahui bahwa siapa saja yang masuk Islam wajib baginya berkhitan, maka segala puji dan anugerah milik Allah, saya tunaikan kewajiban berkhitan tersebut sebagai bentuk meneladani bapaknya para nabi, yaitu Ibrahim yang melakukan khitan pada usia 80 tahun (Sebagaimana Rasulullah bersabda: “Ibrahim berkhitan ketika umur 80 tahun dengan ‘al-Qoduum’ (nama alat atau tempat)”. (HR. Al-Bukhori dan Muslim)).
Itulah diriku, saya telah memulai hidup baru di bawah naungan agama kebenaran, agama yang penuh dengan kasih sayang dan cahaya. Saya senantiasa menuntut ilmu agama dari kitab Allah Ta’aala dan sunnah Rasulullah sesuai dengan manhaj (metode) salaf (pendahulu) umat ini, dari kalangan para sahabat beserta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik sampai Hari Kiamat.
Segala puji bagi Allah atas anugerah Islam dan as-Sunnah.
Dialihbahasakan oleh Abu Zahro Imam Wahyudi Lc. dari majalah ad-Da’wah as-Salafiyah-Palestina edisi perdana, Muharram 1427 H halaman: 21-24.

Kesalahan-kesalahan Dalam Romadhon

Segala puji bagi Alloh Robb yang patut disembah dengan haq. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad.
Shohibuddin, tak terasa Romadhon kembali hadir, selayaknya kita ucapkan syukur atas limpahan karunia Alloh yang mulia ini. Karena kita masih diberi kesempatan untuk bertemu lagi dengan bulan yang mulia ini. Dimana pada bulan ini, Al-Qur-an diturunkan, pahala amalan sunnah kita dihitung sebagai ibadah wajib dan amalan wajib kita dilipat gandakan sampai beribu-ribu derajat. Subhaanalloh.
Pada bulan ini semua umat muslim berlomba-lomba dalam berbuat amal kepada Robbnya. Namun masih banyak di antara kaum muslimin saat ini yang salah dalam melakukan amalan-amalan tersebut atau biasa dikenal dengan istilah bid’ah. Islam senantiasa mengumandangkan pentingnya ilmu sebagai landasan berucap dan beramal. Maka bisa dibayangkan, amal tanpa ilmu hanya akan berbuah penyimpangan. Bukannya menerima surga sebagai balasannya malah terjerumus ke dalam siksa api neraka.
Maka dari itu, Bang Udin pengin sedikit memperjelas penyimpangan-penyimpangan tersebut menurut pandangan para Salafush Sholih.

1. Kesalahan penggunaan hisab dalam menentukan awal Romadhon dan Syawal

Alloh Subhaanahu wa Ta’aala menegaskan: “Maka barangsiapa dari kalian menyaksikan bulan, maka hendaknya ia berpuasa.” [Al-Baqoroh: 185]
Nabi telah memberikan bimbingan dalam menentukan awal bulan Hijriyyah.
“Dari Ibnu ‘Umar, bahwa Rasululloh j menjelaskan Romadhon, maka beliau mengatakan: ‘Janganlah kalian berpuasa sehingga kalian melihat hilal dan janganlah kalian berbuka sehingga kalian melihatnya. Bila kalian tertutup oleh awan maka hitunglah.’ ” [HR. Al-Bukhori dan Muslim, Hadits Shohih]
Dan hadits yang semacam ini cukup banyak, baik dalam Shohih Al-Bukhori dan Muslim maupun yang lain.
Ayat dan hadits di atas sangatlah jelas menunjukkan bahwa masuknya Romadhon terkait dengan melihat atau menyaksikan hilal dan tidak dikaitkan dengan menghitung, menjumlah, atau dengan cara yang lainnya. Kemudian perintah berpuasa dikaitkan dengan syarat melihat hilal ini, maka hal ini menunjukkan wajibnya penentuan masuknya Romadhon dengan melihat hilal tersebut.
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahullohu berkata: “Tentang hisab, tidak boleh beramal dengannya dan bersandar padanya.” [Fatawa Romadhon, 1/62]. Dan Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz berkata: “Sesungguhnya Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk (mereka berpuasa karena melihat hilal dan berbuka karena melihat hilal, maka jika mereka tertutup olah awan hendaknya menyempurnakan jumlahnya menjadi 30) [Muttafaqun ‘alaihi]

2. Kesalahan meninggalkan makan sahur

Ada banyak dalil yang menunjukkan sunnahnya makan sahur, di antaranya Rasulullah bersabda: “Makan sahurlah kalian karena pada makanan sahur itu ada berkah.” [HR. Al-Bukhori dan Muslim, dari Anas bin Malik]
Dan para ulama telah bersepakat akan disunnahkannya makan sahur.

3. Kesalahan mempercepat makan sahur dan mengakhirkan berbuka

Di antara sunnah Rosululloh adalah mengakhirkan makan sahur, dimana selang waktu antara waktu selesainya beliau makan sahur dengan waktu sholat subuh, adalah sekitar membaca 50 ayat yang sedang (tidak panjang dan tidak pendek). Zaid bin Tsabit d bercerita: “Kami bersahur bersama Rosululloh j kemudian kami berdiri untuk sholat. Saya (Anas bin Malik) berkata: ‘Berapakah jarak antara keduanya (antara sahur dan adzan)?’, dia (Zaid bin Tsabit) menjawab: ‘Lima puluh ayat.’ ” [HR. Al-Bukhori dan Muslim]
Mengakhirkan berbuka juga menyelisihi tuntunan Rosululloh bahkan yang disunnahkan adalah mempercepat buka puasa ketika yakin matahari telah terbenam. Rosululloh bersabda: “Terus-menerus manusia akan selalu berada dalam kebaikan selama mereka mempercepat berbuka.” [HR. Al-Bukhori dan Muslim]
Nabi bersabda: “Segeralah berbuka dan akhirkan sahur.” [Shohih, lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah]
Dari Abu ‘Athiyyah, ia mengatakan: “Aku katakan kepada ‘Aisyah: ‘Ada dua orang di antara kami, salah satunya menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, sedangkan yang lain menunda berbuka dan mempercepat sahur.’ ‘Aisyah mengatakan: ‘Siapa yang menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur?’ Aku menjawab: ‘Abdulloh bin Mas’ud.’ ‘Aisyah lalu mengatakan: ‘Demikianlah dahulu Rosululloh j melakukannya.’ ” [HR. At-Tirmidzi, Hadits hasan shohih]
Imam An-Nawawy rohimahullohu berkata: ”Hadits ini menunjukkan sunnahnya mengakhirkan sahur.”

4. Kesalahan menjadikan tanda imsak sebagai batasan sahur

Padahal Alloh Subhaanahu wa Ta’aala telah menegaskan: “Dan makan minumlah kalian hingga jelas bagimu benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” [Al-Baqoroh: 187]
Dan juga hadits Ibnu ‘Umar dan ‘Aisyah secara marfu’: “Sesungguhnya Bilal adzan pada malam hari maka makanlah dan minumlah sampai kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum.”
Ibnu Hajar (salah satu ulama besar madzhab Syafi’i) dalam Fathul Bari, syaroh Shohih Al-Bukhori juga mengingkari perbuatan semacam ini. Bahkan beliau menganggapnya termasuk bid’ah yang mungkar. Oleh karenanya, wahai Shohibuddin, mari kita bersihkan amalan kita, selaraskan dengan ajaran Nabi kita, kapan lagi kita memulainya (jika tidak sekarang)?
Maka ayat dan hadits di atas, tegas menunjukkan pembolehan makan sahur sampai terbit fajar yang ditandai dengan adzan kedua, karena adzan dalam syari’at ada dua kali, yaitu adzan pertama dan adzan kedua.

5. Kesalahan dalam niat

a. Tidak berniat untuk puasa, sangkaan bahwa waktu berniat untuk puasa hanya syah jika dilakukan pada saat makan sahur, tidak berniat untuk puasa
Ketiga poin di atas terambil dari perkataan Ibnu ‘Umar dan Hafshoh yang mempunyai marfu’: “Siapa yang tidak berniat puasa sejak malam, maka tidak ada puasa baginya.”
Hadits ini menunjukkan tiga perkara: (1) Tidak ada puasa bagi orang yang tidak berniat, (2) Syahnya puasa jika diniatkan sejak dari malam hari, (3) Wajibnya niat untuk berpuasa besok setiap malam dalam bulan Romadhon dan tidak mencukupkan dengan satu kali niat di awal Romadhon untuk satu bulan penuh, dan pendapat ini adalah yang paling kuat di antara para ulama. Wallohu a’lam.

b. Melafazhkan niat saat berpuasa
Perkara melafazhkan niat merupakan bid’ah dan tidak pernah disyari’atkan dalam agama, hal itu karena niat tempatnya di hati berdasarkan kesepakatan orang-orang yang berakal dan perbuatan ini tidak pernah disyari’atkan oleh Rosululloh dan sahabat beliau sama sekali.
Itulah beberapa kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh kaum muslimin saat ini. Untuk itu hendaknya kita lebih berhati-hati dalam melakukan suatu perbuatan. Apakah amalan yang kita lakukan itu dinashkan dalam Al-Qur-an dan disyari’atkan oleh Rosululloh Muhammad. Ataukah hanya perbuatan mengada-ada tanpa syari’at, yang nantinya akan menjerumuskan kita ke dalam neraka? Na’uudzu billahi min dzalik.
Akhirnya, Bang Udin memohon kepada Alloh agar melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk menghindari atau meninggalakan kesalahan-kesalahan di atas dan kesalahan-kesalahan lain. Amin, Ya robbal alamiin.

Maroji’ :
1. http://mediamuslim.org.id oleh Al-Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari
2. Al-Atsariyyah Volume 04. Th. 1/1427 H/2006 M

Melirik Sang Waktu

Adzan seseorang ketika terlahir bayi
Dan akhir dari sholat sampai mati
Menunjukkan masa hidupnya yang singkat
Sebagaimana singkatnya masa,
antara adzan hingga sholat didirikan

Ulat berubah, kupu-kupu indah setelah lewati kesabaran, juga ufuk timur yang kian benderang setelah mentari dipanggil sang jago. Dan semuanya, tak luput dari sebuah waktu yang terus maju, tanpa ragu.
Cepat sekali waktu berlalu, mungkin tak pernah berhenti. Jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, semuanya senantiasa berubah. Waktu tak dapat ditunda, tak dapat ditahan, dan tak mungkin ada yang mampu mengulang. Itu artinya, usia kita berkurang. Dan kita...semakin dekat dengan kematian.
“Mati !?”
Ketika seseorang dihadapkan pada kata itu, banyak yang berpendapat,
“Kalau sekarang..., nggak mungkin!! Buktinya aku masih bisa mbaca, sluruh tubuhku juga masih utuh, dan aku nggak sakit!”
Bila mereka beranggapan seperti itu, salah. Memang jasad kita masih utuh dan nggak sakit, tapi hati kita yang berpenyakit.
Andai saja batas umur kita bukan sekarang...,
adakah di antara kita yang tidak punya dosa?
lalu... apa kamu yakin sudah bertaubat?
tak hanya itu, apa kamu yakin seluruh amalmu pasti diterima?
Dan semuanya, hanya berujung pada Yang Maha Esa.
Kamu mau kan.., melihat wajah Alloh di surga?

“ Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila sunyi, Robbmu tiada meninggalkanmu dan tiada (pula) benci kepadamu.” (Adh-Dhuhaa: 1-3)
Rosululloh bersabda, “Tiada hari dimana fajarnya telah menyingsing, maka ia berseru, ‘wahai sekalian anak Adam, aku adalah makhluk baru, sebagai saksi.”

Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Wahai anak-anak Adam, sesungguhnya dirimu tak lain laksana hari-hari. Jika berlalu satu hari saja, maka telah hilang sebagian dari dirimu.”
Dari kedua perkataan tersebut, dapat kita ambil sebagai pelajaran bahwa permasalahan terbesar setiap orang adalah :
- Ketika kecepatan umur dan waktu hidupnya tidak lebih baik daripada kecepatannya untuk mendekatkan diri kepada Alloh.
- Ketika jumlah detak jantung dan aliran darah yang dipompa dalam tubuhnya tak sebanyak gerak dan pikirnya untuk menjauhkan diri dari maksiat.
- Ketika usia yang terbatas ini tidak berfungsi sebagai pelindung diri dari beratnya adzab dan siksa Alloh.
Mungkinkah ada jaminan bahwa kita pasti mendapatkan nikmat-Nya di akhirat, atau malah sudah pasrah dengan neraka sebagai rumah abadinya kelak...na’uudzu billah...
Tak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan. Sekarang dan jangan tunda-tunda lagi! Semoga Alloh ridho dan meneguhkan kekuatan kita untuk melakukan yang kita niatkan. Amin.
Dalam kesadaran, bahwa setiap detik penuh dengan makna.

Banyak Maksiat Bikin Hati Hitam Pekat

Pernah ga temen-temen ngrasa ga tenang, gelisah, buat konsentrasi dikit pas pelajaran aja susah, apalagi buat ngehafalin pelajaran. Belum sarapan bisa bikin pikiran ruwet kayak gitu. Tanggal tua mungkin juga memicu pikiran amburadul seperti di atas. Ada juga yang bikin hati ga tenang, pikiran ruwet, tapi sering terlupa kalo hal itulah penyebabnya, yaitu kemaksiatan. Masa sih?
Ini salah satu buktinya. Dulu kala, Imam Syafi’i yang sudah kita kenal sangat cerdas ilmu-ilmu agama itu pernah merasa tak secerdas biasanya. Lalu, beliau pun mendatangi guru beliau, Imam Waqi’i. Imam Waqi’i menasehati Syafi’i agar meninggalkan perbuatan maksiat, karena ilmu merupakan cahaya, dan tak diberikan kepada orang yang bermaksiat. Imam Syafi’i lalu ingat apa yang telah beliau lakukan sebelumnya. Ternyata beliau telah melihat sesuatu yang harom. Beberapa waktu sebelumnya beliau melihat betis seorang wanita yang kainnya tersingkap. Akibatnya hilanglah kemampuan menghafalnya.
Hiii...!!!. Lalu, bagaimana dengan zaman sekarang yang tak hanya betis saja yang kelihatan? Singkat kata, maksiat itu mewariskan kegelapan pada pelakunya. Kalo hati sudah tertutup kegelapan, ia akan susah dimasuki cahaya ilmu.
Kisah Imam Syafi’i di atas merupakan bukti firman Alloh berikut ini:
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” [Al-Muthoffifiin: 14]
Demikian juga sabda Rosululloh j: “Sesungguhnya jika seorang mukmin mengerjakan dosa, maka ada noda hitam di hatinya. Jika ia bertobat dan beristighfar, maka hatinya jadi bersih. Jika dosanya bertambah, bertambah pula noda hitamnya, hingga menutupi hatinya.” [HR. Tirmidzi dan Nasa’i]
Kalau demikian, kita mesti tahu maksiat-maksiat yang biasa terjadi di kalangan remaja. Bukan untuk dilakukan, tapi sebisa mungkin untuk dihindari.

Sia-Sia

Waktu luang enaknya ngapain? Nongkrong, main game, tiduran, ngobrol, MXit-an, liat film, dan aktivitas santai lainnya merupakan pilihan utama sebagian besar anak muda. Kalo waktu begituan dijumlah dalam sepekan, kita akan mendapatkan hasil yang fantastis, yang bisa bikin kita menyesal kenapa kita menelantarkan waktu. Coba deh, hitung sendiri angka santaimu per hari dan jumlahkan ada berapa jam yang terbuang percuma dalam sepekan.
Rosululloh j bersabda: “Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tiada bermanfaat.” [HR. Tirmidzi]
Ingatlah bahwa Alloh telah bersumpah dengan waktu, ini menunjukkan betapa pentingnya waktu bagi kita. Jangan sampai kita enteng-enteng saja berbuat sesuatu tanpa tahu kalau itu perbuatan sia-sia sedangkan kita menganggap bahwa kita telah berbuat sesuatu yang bermanfaat.
Alloh berfirman:
“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” [Al-Kahfi: 104]

Gaul

Sekarang, remaja ga gaul dikatakan ketinggalan zaman. Remaja harus punya banyak teman, baik itu cowok ato’ cewek. Lebih gaul lagi kalo punya pacar.
Di balik konsep gaul tersebut, tersimpan bahaya yang besar. Kalau gaulnya seperti itu pasti akan banyak sekali kontak dengan lawan jenis, dari sekedar pandangan sampai yang lebih berbahaya.
Untuk masalah memandang saja, Rosululloh j bersabda: “Pandangan merupakan anak panah yang terlepas dari anak-anak panah iblis.”
Sedangkan Alloh memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan. Sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” [An-Nuur: 30-31]
Kalo udah pacaran, tentu lebih hebat lagi bahayanya, selain sulit untuk menundukkan pandangan, bersepi-sepian berdua biasanya juga dilakukan.
Rosululloh j bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan wanita. Sesungguhnya setan adalah orang yang ketiganya.” [Hadits Nabi ada di Silsilah Ahadits Shohihah 430]

Cerita dan Canda

Tidak lepas dari dunia remaja adalah banyaknya cerita-cerita, entah itu cerpen, novel, komik, film, sandiwara, sinetron. Tak hanya menjadi penikmat, ada juga remaja yang suka bikin cerita pendek, nulis novel, main teater, sinetron, dan film.
Jangan kira cerita-cerita itu ga bermasalah. Orang yang bikin cerita khayalan (baca: dusta) untuk hiburan sudah dicap sebagai orang yang celaka oleh Rosululloh j, sebagaimana sabda beliau: “Celakalah orang yang bercerita lalu berbohong untuk membuat orang lain tertawa. Celaka dia! Celaka dia!” [HR. Tirmidzi]
Lho? Apa Rosululloh dan para shahabat ga pernah bercanda? Pernah sih, tapi Rosululloh j bercanda dengan mengatakan yang benar. Dari Abu Huroiroh d: “Para sahabat berkata: ‘Ya Rosululloh, engkau mencandai kami?’ Rosululloh j menegaskan: ‘Ya, hanya saja aku tidak pernah berkata kecuali dengan perkataan yang benar.’ ”
Selain masalah di atas, kebanyakan tertawa juga bikin masalah yang sangat merugikan. Rosululloh j bersabda: “Dan janganlah memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa mematikan hati” [HR. Tirmidzi]
Untuk masalah sandiwara, ada hadits shohih yang mencela orang menirukan gerakan orang lain. Dari ‘Aisyah bahwa Rosululloh bersabda: “Sungguh saya tidak suka menirukan seseorang dan sungguh bagi saya seperti ini dan seperti ini.” [HR. Ahmad dan Tirmidzi]

Dandan

Satu lagi yang tak lepas dari dunia remaja, yaitu mode. Tahun berganti, berganti pula model dandanan, pakaian, celana, model rambut. Baju yang dulu dipake anak umur 10 tahun, sekarang mulai dipake remaja putri umur 20-an tahun. Kini, ga hanya telinga yang dibolong, lidah pun diberi anting-anting, entah itu cewek ato cowok.
Semua itu notabene diimpor dari budaya kafir. Bahayanya, bila kita meniru-niru mereka, bisa-bisa kita termasuk golongan mereka.
Rosululloh j bersabda: “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” [HR. Abu Dawud]
Mode dandanan remaja sekarang ini juga terbolak-balik. Yang laki-laki berdandan feminim kayak perempuan, yang perempuan berdandan tomboy kayak laki-laki. Jadilah perempuan menyerupai laki-laki dan sebaliknya.
Berkata Ibnu Abbas d, “Rosululloh melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan melaknat perempuan yang menyerupai laki-laki” [HR. Bukhori]

Ganti saja

Aduh... kok banyak banget sih penggelap-penggelap hati ini! Kalo diteruskan, bisa-bisa hati kita benar-benar tertutup akan kebenaran. Wal iyadzu billah! Nah, trus bagaimana?
Sebenarnya untuk masalah harom, Alloh telah menggantinya dengan sesuatu yang halal. Sesuatu yang halal ini bisa kamu kerjakan lebih asyik daripada mengerjakan yang harom tersebut. Selain asyik, tentu saja kamu nggak mendapat dosa, malah insya Alloh akan dapat pahala.
Misalnya saja, untuk mengisi waktu luang pas istirahat, kamu bisa mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, seperti sholat Dhuha, baca-baca buku agama di masjid An-Nuur kita tercinta, ikut ta’lim harian, de el el.
Kemudian, daripada gaul bermasalah dengan lawan jenis, sekalian saja lanjutkan ke gerbang pernikahan, dijamin halal dan bisa ngapa-ngapain berdua. Kalo belum siap, secara kita kan masih sekolah, berpuasalah dahulu. Demikian tuntunan Rosululloh j.
Yang suka cerita bisa ganti membaca cerita-cerita orang sholih zaman dahulu. Ada siroh nabi yang perlu dibaca, ada kisah ulama-ulama salaf yang penuh hikmah. Kisah-kisah ini merupakan kisah nyata. Selain isinya menyentuh, hikmahya pun bisa kita ambil dan kita terapkan dalam kehidupan. Ga seperti kisah-kisah khayalan.
Untuk masalah dandan, umat Islam sebenarnya bisa tampil beda. Dengan keadaan zaman sekarang ini, orang yang memakai pakaian syar’i tentu langka, sang pemakai pun pasti tampil beda. Tapi niat pake pakaian syar’i tentu bukan karena ingin tampil beda, harus dengan niat karena tampil syar’i merupakan ibadah yang harus dilaksanakan.
Jadi, ga ada jalan lain kecuali berhijroh, meninggalkan yang harom dan melaksanakan aktivitas yang halal.
Emang sih, hati kita hanya segumpal daging. Namun, hati punya kedudukan yang istimewa. Kalo ga hati-hati merawat hati tentu bisa bikin sakit hati. Sakit hati karena maskiat bukan masalah yang sepele. Ayo, shohibuddin tercinta, sama-sama bersihkan hati kita dari penyakit maksiat!
Maroji’:
Al-Qur-anul Karim
Elfata vol. 4 No.12/2004

WASIAT SEBELUM TIDUR

"Ali berkata: Fathimah mengeluhkan alat penggiling yang dialaminya. Lalu pada saat itu ada seorang tawanan yang mendatangai Nabi. Maka Fathimah pergi ke rumah Nabi, namun tidak bertemu dengan beliau. Dia mendapatkan Aisyah. Lalu dia mengabarkan kepadanya. Tatkala Nabi tiba, Aisyah mengabarkan kedatangan Fathimah kepada beliau. Lalu beliau mendatangi kami, yang kala itu kami hendak berangkat tidur. Lalu aku siap berdiri, namun beliau berkata: 'Tetaplah di tempatmu'. Lalu beliau duduk di tengah kami, sehingga aku bisa merasakan dinginnya kedua telapak kaki beliau di dadaku. Beliau berkata: 'Ketahuilah, akan kuajarkan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada apa yang engkau minta kepadaku. Apabila engkau hendak tidur, maka bertakbirlah tiga puluh empat kali, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, dan bertahmidlah tiga puluh tiga kali, maka itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu". [Hadits Shahih, riwayat Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad, Al-Baihaqy]
Wahai Ukhti Muslimah!
Inilah wasiat Nabi bagi putrinya yang suci, Fathimah, seorang pemuka para wanita penghuni surga. Maka marilah kita mempelajari apa yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita dari wasiat ini.
Fathimah merasa lelah karena banyaknya pekerjaan yang harus ditanganinya, berupa pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, terutama pengaruh alat penggiling. Maka dia pun pergi menemui Rasulullah untuk meminta seorang pembantu, yakni seorang wanita yang bisa membantunya.
Tatkala Fathimah memasuki rumah Nabi, dia tidak mendapatkan beliau. Dia hanya mendapatkan Aisyah (Ummul Mukminin). Lalu Fathimah menyebutkan keperluannya kepada Aisyah. Tatkala beliau tiba, Aisyah mengabarkan urusan Fathimah.
Beliau mempertimbangkan permintaan Fathimah. Dan memang beliau mempunyai beberapa orang tawanan perang, ada pula dari kaum wanitanya. Tetapi tawanan-tawanan ini akan dijual, dan hasilnya akan disalurkan kepada orang-orang Muslim yang fakir, yang tidak mempunyai tempat tinggal dan makanan kecuali dari apa yang diberikan Rasulullah. Lalu beliau pergi ke rumah Ali, suami Fathimah, yang saat itu keduanya siap hendak tidur. Beliau masuk rumah Ali dan Fathimah setelah meminta izin dari keduanya. Tatkala beliau masuk, keduanya bermaksud hendak berdiri, namun beliau berkata: "Tetaplah engkau di tempatmu". "Telah dikabarkan kepadaku bahwa engkau datang untuk meminta. Lalu apakah keperluanmu?".
Fathimah menjawab:"Ada kabar yang kudengar bahwa beberapa pembantu telah datang kepada engkau. Maka aku ingin agar engkau memberiku seorang pembantu untuk membantuku membuat roti dan adonannya. Karena hal ini sangat berat bagiku".
Beliau berkata: "Mengapa engkau tidak datang meminta yang lebih engkau sukai atau lebih baik dari hal itu?". Kemudian beliau memberi isyarat kepada keduanya, bahwa jika keduanya hendak tidur, hendaklah bertasbih kepada Allah, bertakbir, dan bertahmid dengan bilangan tertentu yang disebutkan kepada keduanya. Lalu akhirnya beliau berkata. "Itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu".
Boleh jadi engkau bertanya-tanya apa hubungan antara pembantu yang diminta Fathimah dan dzikir? Orang yang banyak dzikir sebelum berangkat tidur, tidak akan merasa letih. Sebab Fathimah mengeluh letih karena bekerja. Lalu beliau mengajarkan dzikir itu. Begitulah yang disimpulkan Ibnu Taimiyah. Ibnul Qayyim mengisahkan tentang gurunya (Ibnu Taimiyyah, wafat 728 H) bahwa beliau sangat memperhatikan dzikir-dzikir sebelum tidur, dan beliau pun jarang kelelahan. Beliau dapat menulis satu kitab dalam satu hari, padahal kitab tersebut diselesaikan juru tulis pada zaman itu selama satu minggu, dan tulisan beliau sangat bagus. Sampai sekarangpun masih kita dapatkan kitab-kitab beliau sangat banyak.
Begitulah wahai Ukhti Muslimah, wasiat Nabi yang disampaikan kepada salah seorang pemimpin penghuni surga, Fathimah, yaitu berupa kesabaran yang baik. Perhatikanlah bagaimana seorang putri Nabi dan istri seorang shahabat yang mulia, harus menggiling, membuat adonan roti, dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangganya. Maka mengapa engkau tidak menirunya?
Maraji’: Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul Lin Nisa, Edisi Indonesia: Lima Puluh Wasiat Rasulullah Bagi Wanita, Pengarang Majdi As-Sayyid Ibrahim